Makalah Biografi Nashiruddin Ath-Thusi Sahabat Rasulullah
MAKALAH
BIOGRAFI ILMUWAN
“Nashiruddin Ath-Thusi”
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Yang
dibimbing oleh : Prof. Dr. H. Miftah Arifin M.Ag
Disusun Oleh :
Ø RABIAH
AL ADAWIYAH ISLAMEA (083143184)
Perbankan
Syari’ah/Syariah
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
TAHUN 2014 / 2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Dengan
nama Allah Azza Wa Jalla yang
Maha Pemurah lagi maha Penyayang, yang telah mengutus Nabi Muhammad SAW. untuk
menyampaikan agama yang hak, memberi
petunjuk kepada seluruh umat manusia ke jalan kebaikan, untuk kehidupan
di dunia dan di akhirat.
Alhamdulillah,
segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT Tuhan alam semesta yang
maha Esa. Karena upaya penyelesaian penulisan makalah biografi Ilmuwan Islam zaman klasik
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak dosen mata kuliah “Sejarah Peradaban
Islam” yang telah
membimbing untuk menyusun makalah ini.
Dalam
makalah ini, membahas tentang sejarah
lahirnya Ilmuwan Islam klasik yaitu “Nashiruddin Ath-Thusi”, sejarah hidupnya, teori-teori keilmuwan yang
dihasilkannya, dan sekilas terdapat karya-karya yang dihasilkannya disepanjang
sejarah hidupnya. Setelah berhasil melakukan kegiatan
mengoleksi dan menyeleksi informasi dari beberapa referensi yang saya dapat.
Penyusun
berharap pembaca makalah biografi ilmuwan
islam klasik “Nashiruddin Ath-Thusi” ini dapat sedikit
menambah wawasan pembaca tentang kajian mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karna itu, penyusun berharap kepada
para pembaca, dapat memberikan kritik dan saran atau masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini benar benar
memberikan manfaat untuk kita semua.
Aamiin.
Penyusun
5
Oktober 2014
Sejarah Kehidupan Awal
Nashiruddin Ath-Thusi Adalah salah
seorang ilmuwan muslim terkemuka dalam bidang astronomi, falsafah, teologi, matematika serta pakar perubatan dan penulis, iaitu beliau adalah seorang pakar
dalam pelbagai bidang. Dialah penggagas
teropong bintang terbesar dan tercanggih yang pernah dikenal oleh manusia
sebelum era modern.
Dia
bernama Abu Ja’far Muhammad Bin Hasan Nashiruddin. Dia biasa dipanggil dengan
nama Ath-Thusi, karena dilahirkan di daerah Thus yang terdapat di Khurasan, Persia (sekarang Iran). Lahir di Thus 11 Jamadi al-Ula, pada tahun 597 H (16 Februari, 1201
M) yang terletak dekat dengan Meshed di timur laut Iran
tinggi di lembah Sungai Kashaf. Ia lahir
pada awal abad yang
akan melihat penaklukan
di seluruh dunia Islam dari dekat dengan Cina
di timur ke Eropa di barat.
Era ketika
kekuatan militer besar
bangsa Mongol akan menyapu seluruh wilayah
luas dunia Islam menampilkan
permusuhan pahit terhadap
Islam dan kejam membantai orang. Ini
adalah periode di mana akan ada
sedikit kedamaian dan ketenangan
bagi ulama besar untuk
mengejar pekerjaan mereka,
dan Ath-Thusi
itu
pasti ditarik ke dalam konflik melanda negaranya. Ia lahir dari sebuah keluarga
berpaham syiah, dan dia meninggal dunia pada tahun 672 H (1274 M).
Di
Thus, ayah
Ath-Thusi adalah seorang ahli hukum
di Kedua belas
Imam Sekolah. Kedua
Belas Imam adalah sekte utama Muslim
Syiah dan sekolah
di mana Ath-Thusi dididik
terutama pembentukan agama. Namun, selama
belajar di Thus,
Ath-Thusi diajarkan topik lain dengan pamannya yang
akan memiliki pengaruh penting pada perkembangan intelektualnya. Topik ini termasuk logika,
fisika dan metafisika sementara ia juga belajar dengan guru lain pembelajaran matematika,
khususnya aljabar dan geometri.
Pada 1214, ketika al-Tusi berusia 13
tahun, Genghis Khan,
yang merupakan pemimpin Mongol, berpaling dari penaklukan
di China dan mulai kemajuan pesat ke arah barat.
Ini tidak akan terlalu
lama sebelum Ath-Thusi akan melihat
efek dari penaklukan ini pada daerah sendiri,
tapi sebelum itu terjadi ia mampu mempelajari topik
yang lebih maju. Dari Thus, Ath-Thusi pergi
ke Nishapur yang 75 km sebelah
barat dari Thus.
Nishapur adalah pilihan yang baik
untuk Ath-Thusi untuk menyelesaikan
pendidikannya karena itu merupakan pusat penting dari pembelajaran. Ath-Thusi belajar filsafat,
kedokteran dan matematika. Secara khusus ia diajarkan
matematika dengan Kamal al-Din bin Yunus, yang dirinya telah
menjadi murid dari Sharaf al-Din
Ath-Thusi. Sementara di Nishapur
Ath-Thusi mulai memperoleh reputasi sebagai seorang sarjana yang luar biasa dan menjadi terkenal di seluruh daerah.
Mongol invasi mencapai daerah Thus sekitar 1220 dan ada banyak kehancuran. Genghis Khan mengalihkan perhatiannya lagi ke arah timur meninggalkan jenderal dan anak-anaknya di barat untuk melanjutkan penaklukan. The Assassins, yang mempraktekkan bentuk intelektual ekstremis Syiah, menguasai benteng Alamut di Elburz Mountains, dan benteng tertembus serupa di pegunungan. Ketika diundang oleh Ismailiyah penguasa Nasir ad-Din 'Abd ar-Rahim untuk bergabung dengan pelayanan Assassins, Ath-Thusi diterima dan menjadi anggota yang sangat dihormati Pengadilan Ismailiyah. Apakah dia akan mampu untuk pergi, harus ia ingin, tidak sepenuhnya jelas. Namun, Ath-Thusi melakukan beberapa karyanya yang terbaik saat bergerak sepanjang benteng yang berbeda, dan selama periode ini ia menulis karya-karya penting pada logika, filsafat, matematika dan astronomi. Yang pertama dari karya-karya ini, Akhlaq-i Nasiri, ditulis dalam 1232. Itu adalah bekerja pada etika yang Ath-Thusi didedikasikan untuk Ismailiyah penguasa Nasir ad-Din 'Abd ar-Rahim.
Pada 1256 Ath-Thusi berada di benteng Alamut ketika diserang oleh pasukan Mongol pimpinan Hulaku, cucu Genghis Khan, yang pada waktu itu ditetapkan pada memperluas kekuasaan Mongol di daerah Islam. Beberapa menyatakan bahwa Ath-Thusi mengkhianati pertahanan Alamut ke Mongol menyerang. Tentu saja pasukan Hulaku hancur. Begitu juga dengan Alamut dan, Hulaku sendiri menjadi dirinya sendiri tertarik pada ilmu pengetahuan, ia memperlakukan Ath-Thusi dengan hormat. Mungkin memang Ath-Thusi merasa bahwa ia ditahan di Alamut bertentangan dengan keinginannya, karena tentu ia tampak antusias mengikuti Mongol menang yang menunjuknya sebagai penasihat ilmiah mereka. Dia juga mengepalai urusan agama dan dengan pasukan Mongol di bawah Hulaku ketika mereka menyerang Baghdad pada tahun 1258.
Al-Musta'sim, khalifah Abbasiyah terakhir di Baghdad, adalah seorang pemimpin yang lemah dan ia terbukti tidak cocok untuk pasukan Mongol Hulagu ketika mereka menyerang Baghdad. Setelah mengepung kota, Mongol masuk di Februari 1258 dan Al-Musta'shim bersama dengan 300 pejabat itu dibunuh. Hulaku memiliki sedikit simpati dengan kota setelah pasukannya telah memenangkan pertempuran, sehingga ia dibakar dan dijarah kota dan membunuh banyak dari penduduknya. Tentu Ath-Thusi telah membuat langkah yang tepat sejauh keselamatannya sendiri prihatin, dan dia juga akan mendapatkan keuntungan secara ilmiah perubahan nya kesetiaan.
Ketika Mongolia di bawah
pimpinan Hulaku melakukan penyerangan ke Iran, Ath-Thusi pada saat itu sedang
dipenjara oleh Al-Hasyasyin di benteng Al-Maut yang terletak di sebelah utara
Iran. Ketika Hulaku berhasil menguasai benteng Al-Maut dan menundukkan Negara
Al-Hasysyasyin pada tahun 654 H (1256 m), Hulaku membebaskan Ath-Thusi dan
sebagai imbalannya dia harus bekerja kepada Hulaku. Bahkan ketika dilakukan
penyerangan terhadap Baghdad, dia ikut bersama Hulaku. Hubungan yang terjalin
antara keduanya akhirnya membuat orang lain meragukan kepribadian Ath-Thusi.
Orang-orang yang pro terhadap Ath-Thusi mengatakan bahwa pada saat itu dia
tidak punya pilihan karena Hulaku telah membebaskan dan menyelamatkan nyawanya
serta mengakui keilmuwan dan martabatnya. Karena itu, Ath-Thusi tidak
berkeinginan untuk memutuskan hubungan tersebut. Mereka juga mengatakan bahwa
Ath-Thusi telah melakukan apa yang seharusnya dia lakukan demi menjaga dan
memelihara peradaban Islam, sekalipun dia tidak dapat menyelamatkan Baghdad
dari keberingasan Hulaku pada tahun 656 H (1258 M). Namun Ath-Thusi telah
berhasil meyakinkan Hulaku untuk memeluk agama Islam pada akhir hayatnya.
Dengan demikian, dia telah berhasil mengislamkan musuh Islam yang paling jahat,
dan wafat sebagai seorang muslim.
Sekalipun
kita mengakui Ath-Thusi sebagai salah seorang ilmuwan Islam terkemuka dalam
bidang matematika dan astronomi, namun kita tidak bisa menerima pembelaan para
pendukungnya karena hubungannya dengan Mongolia. Kita lebih berharap kiranya
saat itu dia pergi meninggalkan Iran menuju Mesir, Maroko, atau Andalusia, dan
tidak tetap berteman dengan musuh umatnya yang telah meluluhlantakkan Baghdad
dan Negara lainnya sehingga menjadi sungai yang dialiri oleh darah 1.800.000
orang yang telah dibantai oleh bala tentara Hulaku di jalanan.
Keberhasilan Ath-Thusi (Laboratorium
Maraghah)
Ath-Thusi
belajar ilmu bahasa dan agama sejak usia kanak-kanak. Pada masa mudanya dia
telah mulai belajar kepada seorang ahli matematika yang bernama Kamaluddin bin Yunus.
Dia belajar agama berdasarkan madzhab Syiah sehingga dia menjadi ulama
terkemuka Syiah. Di samping belajar bahasa Persia, dia juga belajar bahasa
Arab, Turki, dan Yunani. Dia berhasil menguasai semua bahasa yang pernah dia
pelajari. Ath-Thusi telah berupaya seoptimal mungkin mempelajari dan mengkaji
karya tulis-karya tulis Islam dan Barat dalam bidang ilmu astronomi.
Nashiruddin
berhasil meyakinkan Hulaku untuk membangun gedung astronomi yang besar dan
tidak ada bandingannya di kota Maraghah, kota yang terletak di selatan
Azerbaijan, Iran pada saat itu. Pembangunan gedung ini dibiayai oleh harta
wakaf Azerbaijan yang pengurusannya diserahkan kepada Ath-Thusi oleh Hulaku.
Ketika gedung itu menghabiskan biaya yang sangat besar sekali, Ath-Thusi kembali
meyakinkan Hulaku bahwa hasil pemantauan udara mengisyartkan bahwa sesuatu akan
terjadi bagi Hulaku, dan laboratorium astronomi ini kemungkinan akan berhasil
mengatasinya. Atau bahwa Ath-Thusi yan gmembangun laboratorium astronomi untuk
tujuan ilmiah ini telah membohongi Hulaku dan mengharamkannya dengan
tujuan-tujuan mistik dan ramalan.
Pembangunan gedung ini dimulai
pada tahun 657 H (1259 M) yang masih
bisa dilihat sampai saat ini di bawah pimpinan
langsung Ath-Thusi
dan diawasi oleh para ilmuwan besar lainnya, seperti : Al-Mu’ayyid Al-Aradhi
Ad-Damasyqi, Al-Fakhrul Maraghi Al-Mushili, Al-Fakhrul Khallathi At-Taflisi,
dan Najmuddin Al-Qazwaini. Juga dibantu oleh
astronom Cina dalam pembangunan dan pengoperasian observatorium.
Bangunan ini selesai dengan sempurna setelah memakan waktu 30 tahun lamanya dan
menjadi laboratorium astronomi terbesar.
Di
atas laboratorium ini dibangun kubah yang diatasnya terdapat lubang yang
memungkinkan sinar matahari masu ke dalamnya berdasarkan ukuran pergerakan
matahari yang lambat dengan derajat dan ukuran waktu dalam menit selama
memantau bayangan yang jatuh. Lubang ini juga memungkinkan diketahuinya batasan
sudut ketinggian matahari pada waktu siang dan di waktu-waktu pergantian musim
dalam setahun. Laboratorium astronomi ini dilengkapi dengan peralatan yan
gtergolong langka untuk memantau atmosfer bumi dan benda-benda luar angkasa. Tersedia juga berbagai
instrumen seperti 4 meter dinding kuadran
terbuat dari tembaga dan kuadran azimuth
yang penemuan Al-Tusi sendiri. Selain itu, laboratorium
ini juga dilengkapi dengan peta iklim bumi dan perpustakaan yang berisi 400.000
ribu jilid buku. Air dinaikkan ke laboratorium ini dengan alat yang khusus. Di
laboratorium ini dilakukan berbagai macam penelitian oleh para ahli astronomi,
matematika, dan para insinyur.
Ath-Thusi
menempatkan
Observatory nya dengan
baik, membuat tabel yang sangat akurat dari
gerakan planet. Dia
publikasikan Zij-i ilkhani (Tabel Ilkhanic),
tertulis pertama dalam bahasa Persia
dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, setelah melakukan
pengamatan selama 12 tahun. Karya ini berisi
tabel untuk menghitung posisi
planet-planet, dan juga berisi
katalog bintang. Ini bukan satu-satunya pekerjaan penting yang Ath-Thusi
diproduksi dalam astronomi. Hal ini adil untuk mengatakan bahwa Ath-Thusi membuat perkembangan yang
paling signifikan model Ptolemy dari sistem
planet hingga pengembangan
model heliosentris dalam waktu Copernicus. Peranannya
tidak hanya sebatas untuk melakukan pemantauan astronomi, akan tetapi juga
sebagai sekolah dna tempat belajar bagi sebanyak 100 orang murid Ath-Thusi.
Mereka belajar dasar-dasar ilmu astronomi dan berbagai macam ilmu pengetahuan
alam lainnya.
Penemuan Nashiruddin Ath-Thusi
1.
Bidang Matematika
a. Ath-Thusi
berhasil mengembangkan angka berakar seperti yang sebelumnya pernah pertama
kali dibahas oleh Al-Khawarizmi, dan ternyata Ath-Thusi berhasil menyelesaikan
persamaan angka berakar.
b. Dia
berhasil dalam memisahkan ilmu hitung trigonometri dari ilmu astronomi, serta
mengembangkannya sebagai ilmu matematika yang berdiri sendiri.
c. Ath-Thusi
adalah orang yang pertama kali membuat seegitiga bertingkat untuk segitiga di
atas bola dengan sudut yang sama. Segitiga bertingkat adalah persamaan segitiga
yang mana setiap ujungnya sama dan tidak berbeda kecuali dalam bentuk (dalam
cara mengerjakannya dan rumus-rumusnya). Sudut yang sama adalah segitiga sama
sisi yang digambar di atas permukaan bola.
d. Dia
menjelaskan dan membuat geometri Euklildes dan menyelesaikan
permasalahan-permasalahannya yang rumit dengan bukti-bukti yang kuat dan penuh
inovasi.
e. Dia
adalah orang yang mempelopori studi logika matematika
2. Bidang
ilmu astronomi
a. Ath-Thusi
meluncurkan kritik-kritik penting terhadap teori Ptolemaeus tentang ilmu
astronomi dalam bukunya”Al-Majasithi”
yang menyebabkan berubahnya pandangan para ahli astronomi dan berusaha
memperbaiki pendapat Ptolemaeus tentang alam dan diberi nama teori “Izdiwaj Ath-Thusi” yang dipergunakan
oleh para ahli astronomi setelahnya seperti ahli astronomi Belanda, Copernicus,
dalam memperbaiki pendapat tentang peredaran sebagian planet.
b. Ath-Thusi
adalah orang yang pertama kali membuat teropong dalam bentuk yang benar, dan
teropong ini dikenal dengan nama “Asha Ath-Thusi.” Dalam hal itu, Ath-Thusi
menulis tesis penting yang selanjutnya diteruskan oleh salah seorang muridnya.
c. Ath-Thusi
membuat gedung astronomi terbesar dalam peradaban Islam dan diberi nama
“Laboratorium Maraghah”.
3. Bidang
Fisika
a. Ath-Thusi
menemukan dalil baru untuk menyamakan 2 sudut, yaitu sudut jatuh dan sudut
pantul dari cahaya sinar yang jatuh pada permukaan kaca yang datar.
b. Ath-Thusi
berhasil menafsirkan tentang fenomena pelangi.
4. Bidang
pemikiran ilmiah
a. Ath-Thusi
adalah orang yang pertama kali mengajak untuk mengadakan seminar ilmiah di
sepanjang sejarah hidup manusia. Seminar ini dilaksanakan di Laboratorium
Maraghah, dan diikuti oleh para ahli astronomi terkemuka yang hidup pada masa
Ath-Thusi.
Karya-karya Ath-Thusi
Ath-Thusi telah mengarang lebih
dari 145 buku dalam bidang ilmu matematika, astronomi, geografi, dan fisika. Di
antara sebagian buku itu terdapat hasil terjemahan dari buku-buku Yunani dan
penjelasannya. Sebagaimana dia juga mempelajari buku-buku Ibnul Haitsam yang
sangat dikagumi oleh Ath-Thusi. Buku-buku itu dia tambah dengan
penjelasan-penjelasan dan komentar. Berikut sebagian karya-karya Ath-Thusi:
1.
Bidang
matematika
a.
“Kitab Syakl Al-Qitha’.” Buku ini metupakan buku
penting yang telah memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu hitung
trigonometri dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Prancis, dan
Inggris. Selama berabad-abad buku ini telah dijadikan sebagai rujukan utama
oleh para ilmuwan Eropa. Bahkan seorang ahli astronomi dan matematika Jerman,
Regiomontanus yang memasukkan ilmu aljabar dan ilmu hitung trigonometri ke
Jerman telah menjadikan buku ini sebagai pedoman utama dan menyadur sebagian
isinya.
b.
“Risalah Fi
Al-Mutsallatsat Al-Mustawiyah”
c.
“Kitab Al-Jabar Wa
Al-Muqabalah”
d.
“Maqalah An Qiyas
Ad-Dawa’ir Al-Uzhma”
e.
“Ar-Risalah Asy-Syafiyah
An Asy-Syakki Fi Al-Khuthuth Al-Mutawazinah”
f.
“Risalah Fi Mutsallatsat
Al-Kurawiyyah”
g.
“Maqalah Fii Al-Qitha’
Al-Kurawi”
2.
Bidang
Ilmu astronomi
a.
“Az-Zaij Al-Ilkhani.” Buku ini merupakan buku
penting berisi hasil pemantauan luar angkasa yang dilakukan oleh Ath-Thusi di
laboratorium astronomi Maraghah. Buku ini terdiri dari 4 bagian, Pertama,
tentang sejarah-sejarah. Kedua, tentang pergerakan planet dan letaknya. Ketiga,
waktu-waktu melakukan pemantauan bintang-bintang. Keempat, tentang judul-judul
lain yang berhubungan dengan bintang. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam
bahsa Persia.
b. “Zaij
Az-Zahi”
c. “Kitab
Tahrir Al-Majsithi”
d. “Maqalah
An Sair Al-Kawakib Wa Mawadhi’uha Thulan Wa Ardhan”
e. “Kitab
Zhahirat Al-Falak”
f.
“Maqalah Fi A’mal
An-Nujum”
3.
Bidang
Fisika
a.
“Kitab
Tahrir Al-Manazhir Fi Al-Bashariyyat”
Karakteristik
Ath-Thusi
Ø Sejarawan, George Sarton, mengatakan, “Ath-Thusi telah menampakkan
keunggulannya yang luar biasa dalam mengatasi masalah-masalah parallel dalam
ilmu geometri, dan dia membuktikan dengan dalil-dalil yang menunjukkan
kecerdasannya.”
Ø Ilmuwan Fidman, mengatakan,
“Nashiruddin Ath-Thusi
berusaha untuk membuktikan pendapat Euklides yang ke 5 dalam bukunya “Ar-Risalah Asy-Syafiyah An Asy-Syakki Fi
Al-Khuthuth Al-Mutawaziyah.” Usahanya berhasil, karena dia membuka dialog
dan tidak menerima begitu saja buku Euklides dan semacamnya dari para ilmuwan
geometri Yunani.
Ø Ilmuwan Irkubil, mengatakan, “Buku Nashiruddin Ath-Thusi
tentang ilmu hitung trigonometri memiliki pengaruh yang besar bagi ilmuwan
matematika di Timur dan di Barat, karena di dalamnya terdapat penemuan-penemuan
yang membantunya mengembangkan bidang ini dari berbagai bidang dalam ilmu
matematika.”
PENUTUP
Nashiruddin
Ath-Thusi meninggal dunia pada 18 Dhu’l-Hijjah tahun 672 H (1274 M) di Kadhimain, dekat Baghdad (sekarang
Iraq). Nashiruddin Ath-Thusi (1201–1274), yaitu beliau meninggalkan karya-karya, teori-teori
yang berhasil dikembangkannya yang hingga saat ini diselami dan dipelajari oleh
seluruh dunia. Pemikirannya
sangat dipengaruhi lingkungan masa kecilnya dari keluarga Syi’ah yang sangat mementingkan ilmu
pengetahuan dan dasar-dasar agama Islam mazhab Syi’ah.
Kesuksesannya cukup membuat
perkembangan ilmu pengetahuan pada saat itu berkembang dan semakin melesat.
Hingga kini, Nashiruddin Ath-Thusi dikenal dan diakui oleh seluruh dunia
terlebih dalam sejarah islam adalah sebagai ilmuwan Islam terkemuka karna hasil
karya-karyanya yang cemerlang.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Jaudah Gharib. 2007. 147 Ilmuwan
Terkemuka dalam sejarah Islam. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Comments
Post a Comment